Total Tayangan Halaman

Kamis, 10 Juli 2014

Kecil Tindakannya Besar Manfaatnya




Kecil Tindakannya Besar Manfaatnya

Libur telah tiba, Anya dan Sarah gembira menyambutnya. Ayah dan mama menjanjikan hadiah yang spesial jika mereka naik kelas dengan nilai yang memuaskan. Hadiah yang dijanjikan adalah berlibur ke rumah Paman Edi di desa. Paman Edi sekeluarga sekarang menempati rumah kakek. Anya dan Sarah lahir dan menghabiskan masa kecil mereka di desa. Karena ayah ditugaskan di Kota Jakarta, mereka menetap di Jakarta meninggalkan desa yang mereka cintai dan sahabat-sahabat masa kecil mereka.

Saat kakek dan nenek masih hidup setiap liburan mereka berkunjung ke desa untuk mengobati rasa rindu mereka kepada sahabat-sahabat masa kecilnya disana dan untuk menikmati keindahan alam di desa. Namun  setelah kakek dan nenek meninggal mereka  jarang berkunjung ke desa. Saat liburan kenaikan kelas kali ini mama dan ayah memberikan kejutan berupa hadiah berkunjung ke rumah kakek di desa. Anya dan Sarah  sangat terkejut dan senang mendengarnya. Mereka tidak sabar menunggu hari keberangkatannya.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Mereka berangkat ke rumah kakek menggunakan kereta api. Sepanjang perjalanan mereka menikmati dengan gembira. Sampai di stasiun yang dituju mereka dijemput oleh Paman Edi sekeluarga. Perjalanan dari stasiun ke rumah kakek cukup lama. Mereka terkejut karena melewati gedung yang menjulang tinggi.” Paman mengapa ada gedung di sini,bukankah ini dulu sawah? ” tanya Anya kepada Paman Edi. ”Iya Anya desa kita sudah maju, sekarang di desa sudah banyak di bangun pabrik dan gedung-gedung bertingkat. Jadi tidak kalah dengan Kota Jakarta,” kata Paman Edi kepada Anya. Anya terdiam dan merasa sedih melihat perkembangan desanya. Dia merasa kehilangan dengan bayangan desa masa kecilnya. Pohon-pohon yang rindang sepanjang perjalanan menuju rumah kakek sudah di gantikan dengan gedung – gedung pabrik. Sungai yang dulu jernih dan nampak ikan yang berenang sudah tidak ada lagi karena air sungai menjadi keruh karena buangan limbah pabrik. Paman dengan bangga terus bercerita bahwa desa kecilnya sudah berkembang menjadi kota. Di desa paman banyak di bangun mall, pasar-pasar tradisional sekarang di ganti menjadi pasar-pasar modern, serta banyak tumbuh pusat perbelanjaan.

Akhirnya mereka sampai di rumah kakek. Sarah teringat masa-masa indah saat mereka tinggal di desa. Tak sabar mereka ingin segera menemui sahabat masa kecilnya.” Paman  bolehkah aku main ke rumah Aisyah? Rumahnya yang di dekat mushola itu kan?” tanya Anya dan Sarah kepada Paman Edi.” Eit.. tunggu dulu lebih baik kalian istirahat dulu, besok saja kalian kerumah Aisyah karena sekarang sudah banyak penduduk yang rumahnya dijual untuk pertokoan dan mereka pindah ke pinggiran desa. Rumah Aisyah sekarang bukan di dekat mushola lagi karena di sana sudah di bangun menjadi pusat perbelanjaan,” kata Paman Edi menjelaskan kepada Anya dan Sarah. Akhirnya hari pertama berlibur di desa mereka menghabiskan waktunya beristirahat dan bermain di rumah kakek. Halaman belakang rumah kakek tidak banyak berubah. Kolam ikan di belakang masih ada. Pohon mangga yang mereka tanam bersama kakek saat mereka kecil sudah mulai berbuah. Terbayang masa-masa indah saat mereka kecil besama kakek dan nenek di tempat itu. Kakek juga memiliki hewan peliharaan ayam dan sapi. Anya dan Sarah setiap pagi ikut kakek dan nenek ke kandang untuk mengambil telur dan memerah susu sapi. Sarapan pagi dengan telur mata sapi dan minum susu dari hasil peternakan sendiri pada saat bersama kakek dan nenek sungguh berbeda rasanya dengan yang di rasakan Anya setelah di Jakarta. Ayam kakek diberi makan sisa makanan dan sayuran hijau, mungkin itu yang membuat berbeda dengan telur yang dimakan Anya dan Sarah di Jakarta. Susu segar yang langsung di perah dari sapi peliharaan kakek sangat berbeda dari susu segar yang diminum Anya dan Sarah  di Jakarta. Sapi kakek diberi makanan rumput-rumput yang tumbuh liar di halamann belakang kakek tanpa pemakaian pupuk kimia. Sementara susu segar yang dijual di Jakarta mungkin sudah diawetkan, tidak murni lagi, dan berasal dari susu sapi yang diternakkan dengan makanan tertentu yang tidak organik.

Kakek membuat sendiri pupuk untuk tanamannya. Pupuk itu berasal dari kotoran sapi dan ayam yang dikumpulkan dan disimpan. Setelah menjadi pupuk kompos digunakan untuk pupuk tanaman kakek. Itulah sebabnya tanah di halaman kakek masih tetap subur dan memberikan hasil yang baik. Berbeda dengan tanah pertanian yang memakai pupuk kimia dan pestisida, menyebabkan kesuburan tanah semakin berkurang dan memberikan hasil pertanian yang kurang baik. Anya dan Sarah gembira sekali karena kenangan indah dirumah kakek masih bisa mereka nikmati. Seharian mereka bermain di kebun kakek.

 Hari itu mereka makan malam dengan ikan yang mereka tangkap dari kolam kakek. . Ikan yang di tangkap dari kolam kakek jauh lebih enak dari yang dimakan Anya di Jakarta. Setelah mereka menyelesaikan makan malam Anya terkejut karena mendengar bunyi kriiik...kriiik.. ternyata itu adalah bunyi jangkrik. Teringat kembali kenangan indah saat Anya dan Sarah di ajak menangkap jangkrik oleh kakek. ” Kek, aku dapat satu jangkrik,” kata Anya senang.”Aku juga dapat kek,” kata Sarah tidak mau kalah. ”Waahh.. kalian hebat,”kata kakek kepada Anya dan Sarah. Tak terasa air mata Anya menetes, dia merasa sedih teringat almarhum kakek. Malam semakin larut, Anya pun tertidur bermimpi indah tentang masa kecilnya bersama kakek dan nenek di desa.

Pagi yang dinanti tiba. Kukuruyuk…suara ayam pun membangunkan kami semua. Anya dan Sarah bangun, selesai merapikan tempat tidur mereka segera mandi. Setelah mandi tidak sabar mereka membantu bibi menyiapkan sarapan. Mereka sarapan dengan telur dadar dan susu segar hasil peternakan sendiri. Kebiasaan sejak kecil saat bersama kakek dan nenek. Mereka makan dengan lahap .

Seperti yang dijanjikan paman hari ini mereka akan diantar paman ke rumah sahabatnya yaitu Aisyah. Sepanjang perjalanan Anya terkejut dan sedih karena rumah sahabat  masa kecilnya itu  sudah menjadi pusat perbelanjaan. Anya pun terbayang kenangan-kenangan indah bermain bersama Aisyah di tempat itu. Dahulu rumah Aisyah sangat menyenangkan untuk tempat bermain, selain halamannya luas banyak pohon buah-buahan ditanam oleh ayah Aisyah. Ada pohon rambutan, jambu,  mangga dan sawo. Saat musim berbuah pohon-pohon itu seperti penuh hiasan. Mereka berebut buah-buahan yang jatuh. Sekarang pohon-pohon rindang itu sudah digantikan oleh bangunan toko-toko, yang tersisa adalah mushola kecil dekat rumah sahabatnya. Teringat setiap bulan ramadhan mereka tarawih bersama teman-temannya di mushola itu.

Sampailah mereka di rumah sahabatnya ,  kesedihannya pun hilang. Anya melihat sahabat masa kecilnya sedang duduk di depan rumahnya. Anya dan Sarah pun bergegas turun. ”Aisyah ...!!” seru Anya. Mereka berpelukan sambil melepas rindu. Mereka berbincang-bincang lama sekali. Mereka juga bermain bersama sambil mengenang kembali masa kecil yang indah.”Emm… Aisyah apa kamu suka dengan perubahan di desa kita?” tanya Anya. “ Hemmm… gimana ya, sebenarnya sih aku tidak suka dengan perubahan yang ada karena sudah jarang sekali kita dapat melihat pohon-pohon yang tumbuh rindang, sungai yang jernih menjadi keruh karena sudah tercemar limbah pabrik” jawab Aisyah sedih. Mereka pun terus berbincang-bincang tentang perubahan yang ada.

Sore hari pun tiba, Anya dan Sarah berpamitan pulang karena sudah sore. Sepanjang perjalanan mereka merasa senang bercampur sedih, senang karena sudah bertemu dengan sahabat masa kecilnya, sedih karena kehilangan suasana tenang dan keindahan alam desa yang telah tergantikan dengan suasana kota. Anya teringat dengan buku yang pernah dibacanya tentang kegiatan sekelompok anak untuk menyelamatkan lingkungannya. Tiba-tiba terlintas sebuah ide bagai mana caranya untuk menyelamatkan lingkungannya. Ia pun merancang sebuah ide yaitu gerakan sayang lingkungan berupa penanaman pohon untuk penghijauan dan pembersihan sungai. Karena sudah malam Anya pun tertidur dan bermimpi tentang rencana gerakan sayang lingkungan tersebut.

Pagi yang dinanti pun tiba. Anya dan Sarah  terbangun tatkala mendengar ayam berkokok. Mereka bersemangat sekali menyambut pagi ini karena akan merencanakan kegiatan mulia. Setelah siap mereka berpamitan kepada paman dan bibi pergi  ke rumah Aisyah untuk mengajak teman-temannya dalam gerakan sayang lingkungan . Setelah menempuh jalan yang melelahkan sampailah mereka di rumah Aisyah. Anya pun langsung mengajak Sarah dan Aisyah untuk mengumpulkan teman-teman mereka. Setelah mereka berkumpul, Anya bertanya kepada teman-temannya. ” Hai teman-teman apa kalian masih ingat denganku?” tanya Anya senang. ” Iya kami ingat An,” kata teman-teman Anya senang. ” Hemm... jujur aku merasa sedih sekali dengan perubahan di desa ini. Aku merasa kehilangan keindahan desaku, pohon-pohon yang rindang serta hamparan sawah hijau hilang diganti dengan bangunan pabrik, sungai yang jernih sekarang menjadi keruh karena limbah buangan pabrik. Bagaimana dengan teman-teman apakah kalian suka dengan perubahan yang ada? ” tanya Anya. ” Begini... sebenarnya kami pun sedih dan tidak suka dengan perubahan ini. Kami juga kehilangan pohon-pohon yang rindang serta sungai yang jernih pun sudah tercemar,” jawab mereka dengan wajah murung. ” Emmm... aku memiliki ide cemerlang ,” kata Anya penuh semangat.” Apa idenya? Tolong beri tahu kami, kami ingin desa kami hijau kembali dan sungainya jernih seperti semula,” kata teman-temannya. ”aku pernah baca buku tentang gerakan sayang lingkungan oleh sekelompok anak di suatu desa. Dengan gerakan sayang lingkungan yang mereka lakukan di desanya ternyata bermanfaat untuk membantu penyelamatan lingkungan,” kata Anya.” Woww hebat sekali, anak-anak bisa menyelamatkan lingkungan? Apa yang mereka lakukan? Apa kita bisa?” tanya mereka bersahutan tidak sabar.” Di buku itu diceritakan mereka berkumpul untuk membuat gerakan berupa himbauan sayang lingkungan. Mereka bersepeda bersama berkeliling desanya dengan membawa bibit pohon kecil di sepedanya serta menempelkan tulisan kertas berupa himbauan sayang lingkungan,” jelas Anya panjang lebar. Anak-anak gembira dan penuh semangat mendengar rencana tersebut. Mereka pun berunding mempersiapkan rencana mulia gerakan sayang lingkungan di desanya.

Hari yang disepakati pun tiba. Anak-anak berkumpul di balai desa dengan seijin kepala desa, mereka akan melakukan pawai sepeda gerakan sayang lingkungan mengelilingi jalan-jalan desa. Di boncengan sepeda mereka telah siap dengan bibit pohon. Tulisan kertas yang ditempel di sepeda mereka pun bermacam-macam:” Hijaukan kembali desaku. Mana sungai yang jernih itu? Ayo kita menanam pohon! Jangan buang sampah sembarangan! Jangan kotori sungaiku dengan limbah pabrikmu. Kembalikan tempat bermainku yang hijau dan berudara segar. Teman-teman yang setuju mari bergabung dalam pawai ini. Bawa bibit pohonmu dan ikut pawai kami.”  Sepanjang perjalanan jumlah pawai sepeda bertambah banyak dan panjang karena setiap bertemu dengan anak-anak di jalan mereka ikut bergabung di pawai itu. yang tidak mempunyai sepeda ikut membonceng temannya. Suasana pawai makin meriah dan seru karena sebagian dari mereka membawa bunyi-bunyian. Ada yang membawa kentongan, seruling dan terompet. Pawai berakhir kembali ke balai desa. Seluruh perangkat desa menyambut rombongan pawai tersebut dengan bangga dan sukacita. Mereka terharu dengan kegiatan pawai gerakan sayang lingkungan yang dipelopori oleh anak-anak. Mereka tersadar bahwa usaha untuk membangun dan memajukan desa tidak boleh merusak lingkungan. Bibit pohon yang dibawa dan dikumpulkan dalam perjalanan pawai diserahkan kepada perangkat desa. Selesai pawai mereka lega dan pulang kerumah dengan gembira. Mereka yakin kegiatan kecil yang mereka lakukan ini akan memberikan manfaat yang besar. 

Kegiatan sayang lingkungan berupa pawai sepeda yang dipelopori oleh anak-anak di desa tersebut menarik perhatian pemerintah daerah setempat. Disusunlah program gerakan penyelamatan lingkungan oleh pemerintah daerah dan perangkat desa. Bibit pohon yang dikumpulkan saat pawai oleh anak-anak mendorong terlaksananya penanaman 1000 pohon. Penyelamatan air bersih dilakukan dengan dibuatnya peraturan tentang pengelolaan limbah yang sesuai dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak dan Lingkungan). Setiap rumah diwajibkan untuk menanam pohon mangga ( program Mangganisasi ).  Larangan membakar sampah dan menggerakkan kembali pembuatan kompos. Pasar tradisional dihidupkan dengan membatasi ijin pendirian super market. Koperasi Unit Desa di kembangkan dengan berbagai kegiatan untuk membantu masyarakat meningkatkan perekonomiannya. Dengan koperasi simpan pijam masyarakat desa bisa mengembangkan kembali pabrik tempe, serta industri rumah tangga lainnya.

Akhir liburan pun telah tiba. Anya dan Sarah dengan berat hati harus kembali ke Jakarta. Ingin sekali mereka lebih lama tinggal di desa dan menyaksikan perubahan desanya kembali hijau serta merasakan udara yang segar. Tetapi mereka ingat pesan orang tuanya untuk tidak terlambat kembali ke Jakarta.Teman-teman Anya dan Sarah melepas keberangkatannya dengan berat hati. Mereka berjanji akan terus menjaga lingkungan desanya. Mereka berterimakasih atas ide cemerlang Anya dan Sarah dengan gerakan sayang lingkungan untuk desa tercinta. ”Jangan sedih teman-teman, liburan berikutnya aku akan kembali dan kita akan bermain bersama lagi. Aku yakin kita bisa memancing ikan di sungai desa yang jernih dan kita akan bermain di lapangan yang penuh pohon rindang dengan udara yang sejuk dan segar,” kata Anya. ” Kami tunggu kedatangan mu kembali di desa ini, kami berjanji akan menjaga desa ini hijau kembali menjadi tempat bermain dan belajar yang sehat dan menyenangkan,” seru teman-teman saat mengantar Anya dan Sarah ke stasiun kereta api. Perlahan-lahan kereta api yang ditumpanginya meninggalkan desa tercinta. Perasaan Anya dan Sarah sedih mengakhiri liburan ini, tetapi mereka gembira telah membantu sahabat- sahabat masa kecilnya untuk menghijaukan kembali desanya. Anya dan Sarah berharap hal kecil yang dilakukan bersama teman-temannya akan memberikan manfaat yang besar untuk desanya.
”Liburan yang sangat menyenangkan dan bermakna,” gumam Anya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar