Kecil Tindakannya Besar Manfaatnya
Libur
telah tiba, Anya dan Sarah gembira menyambutnya. Ayah dan mama menjanjikan
hadiah yang spesial jika mereka naik kelas dengan nilai yang memuaskan. Hadiah
yang dijanjikan adalah berlibur ke rumah Paman Edi di desa. Paman Edi
sekeluarga sekarang menempati rumah kakek. Anya dan Sarah lahir dan
menghabiskan masa kecil mereka di desa. Karena ayah ditugaskan di Kota Jakarta,
mereka menetap di Jakarta meninggalkan desa yang mereka cintai dan
sahabat-sahabat masa kecil mereka.
Saat
kakek dan nenek masih hidup setiap liburan mereka berkunjung ke desa untuk
mengobati rasa rindu mereka kepada sahabat-sahabat masa kecilnya disana dan
untuk menikmati keindahan alam di desa. Namun
setelah kakek dan nenek meninggal mereka
jarang berkunjung ke desa. Saat liburan kenaikan kelas kali ini mama dan
ayah memberikan kejutan berupa hadiah berkunjung ke rumah kakek di desa. Anya
dan Sarah sangat terkejut dan senang
mendengarnya. Mereka tidak sabar menunggu hari keberangkatannya.
Hari
yang ditunggu-tunggu pun tiba. Mereka berangkat ke rumah kakek menggunakan
kereta api. Sepanjang perjalanan mereka menikmati dengan gembira. Sampai di
stasiun yang dituju mereka dijemput oleh Paman Edi sekeluarga. Perjalanan dari
stasiun ke rumah kakek cukup lama. Mereka terkejut karena melewati gedung yang
menjulang tinggi.” Paman mengapa ada gedung di sini,bukankah ini dulu sawah? ”
tanya Anya kepada Paman Edi. ”Iya Anya desa kita sudah maju, sekarang di desa
sudah banyak di bangun pabrik dan gedung-gedung bertingkat. Jadi tidak kalah
dengan Kota Jakarta,” kata Paman Edi kepada Anya. Anya terdiam dan merasa sedih
melihat perkembangan desanya. Dia merasa kehilangan dengan bayangan desa masa
kecilnya. Pohon-pohon yang rindang sepanjang perjalanan menuju rumah kakek
sudah di gantikan dengan gedung – gedung pabrik. Sungai yang dulu jernih dan
nampak ikan yang berenang sudah tidak ada lagi karena air sungai menjadi keruh
karena buangan limbah pabrik. Paman dengan bangga terus bercerita bahwa desa
kecilnya sudah berkembang menjadi kota. Di desa paman banyak di bangun mall,
pasar-pasar tradisional sekarang di ganti menjadi pasar-pasar modern, serta
banyak tumbuh pusat perbelanjaan.
Akhirnya
mereka sampai di rumah kakek. Sarah teringat masa-masa indah saat mereka
tinggal di desa. Tak sabar mereka ingin segera menemui sahabat masa kecilnya.”
Paman bolehkah aku main ke rumah Aisyah?
Rumahnya yang di dekat mushola itu kan?” tanya Anya dan Sarah kepada Paman
Edi.” Eit.. tunggu dulu lebih baik kalian istirahat dulu, besok saja kalian kerumah
Aisyah karena sekarang sudah banyak penduduk yang rumahnya dijual untuk
pertokoan dan mereka pindah ke pinggiran desa. Rumah Aisyah sekarang bukan di
dekat mushola lagi karena di sana sudah di bangun menjadi pusat perbelanjaan,”
kata Paman Edi menjelaskan kepada Anya dan Sarah. Akhirnya hari pertama
berlibur di desa mereka menghabiskan waktunya beristirahat dan bermain di rumah
kakek. Halaman belakang rumah kakek tidak banyak berubah. Kolam ikan di
belakang masih ada. Pohon mangga yang mereka tanam bersama kakek saat mereka
kecil sudah mulai berbuah. Terbayang masa-masa indah saat mereka kecil besama
kakek dan nenek di tempat itu. Kakek juga memiliki hewan peliharaan ayam dan
sapi. Anya dan Sarah setiap pagi ikut kakek dan nenek ke kandang untuk
mengambil telur dan memerah susu sapi. Sarapan pagi dengan telur mata sapi dan
minum susu dari hasil peternakan sendiri pada saat bersama kakek dan nenek
sungguh berbeda rasanya dengan yang di rasakan Anya setelah di Jakarta. Ayam
kakek diberi makan sisa makanan dan sayuran hijau, mungkin itu yang membuat
berbeda dengan telur yang dimakan Anya dan Sarah di Jakarta. Susu segar yang
langsung di perah dari sapi peliharaan kakek sangat berbeda dari susu segar
yang diminum Anya dan Sarah di Jakarta.
Sapi kakek diberi makanan rumput-rumput yang tumbuh liar di halamann belakang
kakek tanpa pemakaian pupuk kimia. Sementara susu segar yang dijual di Jakarta
mungkin sudah diawetkan, tidak murni lagi, dan berasal dari susu sapi yang
diternakkan dengan makanan tertentu yang tidak organik.
Kakek
membuat sendiri pupuk untuk tanamannya. Pupuk itu berasal dari kotoran sapi dan
ayam yang dikumpulkan dan disimpan. Setelah menjadi pupuk kompos digunakan
untuk pupuk tanaman kakek. Itulah sebabnya tanah di halaman kakek masih tetap
subur dan memberikan hasil yang baik. Berbeda dengan tanah pertanian yang
memakai pupuk kimia dan pestisida, menyebabkan kesuburan tanah semakin
berkurang dan memberikan hasil pertanian yang kurang baik. Anya dan Sarah
gembira sekali karena kenangan indah dirumah kakek masih bisa mereka nikmati. Seharian
mereka bermain di kebun kakek.
Hari itu mereka makan malam dengan ikan yang
mereka tangkap dari kolam kakek. . Ikan yang di tangkap dari kolam kakek jauh
lebih enak dari yang dimakan Anya di Jakarta. Setelah mereka menyelesaikan
makan malam Anya terkejut karena mendengar bunyi kriiik...kriiik.. ternyata itu
adalah bunyi jangkrik. Teringat kembali kenangan indah saat Anya dan Sarah di
ajak menangkap jangkrik oleh kakek. ” Kek, aku dapat satu jangkrik,” kata Anya
senang.”Aku juga dapat kek,” kata Sarah tidak mau kalah. ”Waahh.. kalian
hebat,”kata kakek kepada Anya dan Sarah. Tak terasa air mata Anya menetes, dia
merasa sedih teringat almarhum kakek. Malam semakin larut, Anya pun tertidur
bermimpi indah tentang masa kecilnya bersama kakek dan nenek di desa.
Pagi
yang dinanti tiba. Kukuruyuk…suara ayam pun membangunkan kami semua. Anya dan
Sarah bangun, selesai merapikan tempat tidur mereka segera mandi. Setelah mandi
tidak sabar mereka membantu bibi menyiapkan sarapan. Mereka sarapan dengan
telur dadar dan susu segar hasil peternakan sendiri. Kebiasaan sejak kecil saat
bersama kakek dan nenek. Mereka makan dengan lahap .
Seperti
yang dijanjikan paman hari ini mereka akan diantar paman ke rumah sahabatnya
yaitu Aisyah. Sepanjang perjalanan Anya terkejut dan sedih karena rumah
sahabat masa kecilnya itu sudah menjadi pusat perbelanjaan. Anya pun
terbayang kenangan-kenangan indah bermain bersama Aisyah di tempat itu. Dahulu
rumah Aisyah sangat menyenangkan untuk tempat bermain, selain halamannya luas banyak
pohon buah-buahan ditanam oleh ayah Aisyah. Ada pohon rambutan, jambu, mangga dan sawo. Saat musim berbuah
pohon-pohon itu seperti penuh hiasan. Mereka berebut buah-buahan yang jatuh.
Sekarang pohon-pohon rindang itu sudah digantikan oleh bangunan toko-toko, yang
tersisa adalah mushola kecil dekat rumah sahabatnya. Teringat setiap bulan
ramadhan mereka tarawih bersama teman-temannya di mushola itu.
Sampailah
mereka di rumah sahabatnya ,
kesedihannya pun hilang. Anya melihat sahabat masa kecilnya sedang duduk
di depan rumahnya. Anya dan Sarah pun bergegas turun. ”Aisyah ...!!” seru Anya.
Mereka berpelukan sambil melepas rindu. Mereka berbincang-bincang lama sekali.
Mereka juga bermain bersama sambil mengenang kembali masa kecil yang
indah.”Emm… Aisyah apa kamu suka dengan perubahan di desa kita?” tanya Anya. “
Hemmm… gimana ya, sebenarnya sih aku tidak suka dengan perubahan yang ada
karena sudah jarang sekali kita dapat melihat pohon-pohon yang tumbuh rindang,
sungai yang jernih menjadi keruh karena sudah tercemar limbah pabrik” jawab
Aisyah sedih. Mereka pun terus berbincang-bincang tentang perubahan yang ada.
Sore
hari pun tiba, Anya dan Sarah berpamitan pulang karena sudah sore. Sepanjang
perjalanan mereka merasa senang bercampur sedih, senang karena sudah bertemu
dengan sahabat masa kecilnya, sedih karena kehilangan suasana tenang dan
keindahan alam desa yang telah tergantikan dengan suasana kota. Anya teringat
dengan buku yang pernah dibacanya tentang kegiatan sekelompok anak untuk
menyelamatkan lingkungannya. Tiba-tiba terlintas sebuah ide bagai mana caranya
untuk menyelamatkan lingkungannya. Ia pun merancang sebuah ide yaitu gerakan
sayang lingkungan berupa penanaman pohon untuk penghijauan dan pembersihan
sungai. Karena sudah malam Anya pun tertidur dan bermimpi tentang rencana
gerakan sayang lingkungan tersebut.
Pagi
yang dinanti pun tiba. Anya dan Sarah
terbangun tatkala mendengar ayam berkokok. Mereka bersemangat sekali
menyambut pagi ini karena akan merencanakan kegiatan mulia. Setelah siap mereka
berpamitan kepada paman dan bibi pergi
ke rumah Aisyah untuk mengajak teman-temannya dalam gerakan sayang
lingkungan . Setelah menempuh jalan yang melelahkan sampailah mereka di rumah
Aisyah. Anya pun langsung mengajak Sarah dan Aisyah untuk mengumpulkan
teman-teman mereka. Setelah mereka berkumpul, Anya bertanya kepada
teman-temannya. ” Hai teman-teman apa kalian masih ingat denganku?” tanya Anya
senang. ” Iya kami ingat An,” kata teman-teman Anya senang. ” Hemm... jujur aku
merasa sedih sekali dengan perubahan di desa ini. Aku merasa kehilangan
keindahan desaku, pohon-pohon yang rindang serta hamparan sawah hijau hilang
diganti dengan bangunan pabrik, sungai yang jernih sekarang menjadi keruh
karena limbah buangan pabrik. Bagaimana dengan teman-teman apakah kalian suka
dengan perubahan yang ada? ” tanya Anya. ” Begini... sebenarnya kami pun sedih
dan tidak suka dengan perubahan ini. Kami juga kehilangan pohon-pohon yang
rindang serta sungai yang jernih pun sudah tercemar,” jawab mereka dengan wajah
murung. ” Emmm... aku memiliki ide cemerlang ,” kata Anya penuh semangat.” Apa
idenya? Tolong beri tahu kami, kami ingin desa kami hijau kembali dan sungainya
jernih seperti semula,” kata teman-temannya. ”aku pernah baca buku tentang
gerakan sayang lingkungan oleh sekelompok anak di suatu desa. Dengan gerakan
sayang lingkungan yang mereka lakukan di desanya ternyata bermanfaat untuk
membantu penyelamatan lingkungan,” kata Anya.” Woww hebat sekali, anak-anak
bisa menyelamatkan lingkungan? Apa yang mereka lakukan? Apa kita bisa?” tanya
mereka bersahutan tidak sabar.” Di buku itu diceritakan mereka berkumpul untuk
membuat gerakan berupa himbauan sayang lingkungan. Mereka bersepeda bersama
berkeliling desanya dengan membawa bibit pohon kecil di sepedanya serta
menempelkan tulisan kertas berupa himbauan sayang lingkungan,” jelas Anya
panjang lebar. Anak-anak gembira dan penuh semangat mendengar rencana tersebut.
Mereka pun berunding mempersiapkan rencana mulia gerakan sayang lingkungan di
desanya.
Hari
yang disepakati pun tiba. Anak-anak berkumpul di balai desa dengan seijin
kepala desa, mereka akan melakukan pawai sepeda gerakan sayang lingkungan
mengelilingi jalan-jalan desa. Di boncengan sepeda mereka telah siap dengan
bibit pohon. Tulisan kertas yang ditempel di sepeda mereka pun bermacam-macam:”
Hijaukan kembali desaku. Mana sungai yang jernih itu? Ayo kita menanam pohon!
Jangan buang sampah sembarangan! Jangan kotori sungaiku dengan limbah pabrikmu.
Kembalikan tempat bermainku yang hijau dan berudara segar. Teman-teman yang
setuju mari bergabung dalam pawai ini. Bawa bibit pohonmu dan ikut pawai
kami.” Sepanjang perjalanan jumlah pawai
sepeda bertambah banyak dan panjang karena setiap bertemu dengan anak-anak di
jalan mereka ikut bergabung di pawai itu. yang tidak mempunyai sepeda ikut
membonceng temannya. Suasana pawai makin meriah dan seru karena sebagian dari
mereka membawa bunyi-bunyian. Ada yang membawa kentongan, seruling dan
terompet. Pawai berakhir kembali ke balai desa. Seluruh perangkat desa menyambut
rombongan pawai tersebut dengan bangga dan sukacita. Mereka terharu dengan
kegiatan pawai gerakan sayang lingkungan yang dipelopori oleh anak-anak. Mereka
tersadar bahwa usaha untuk membangun dan memajukan desa tidak boleh merusak
lingkungan. Bibit pohon yang dibawa dan dikumpulkan dalam perjalanan pawai
diserahkan kepada perangkat desa. Selesai pawai mereka lega dan pulang kerumah
dengan gembira. Mereka yakin kegiatan kecil yang mereka lakukan ini akan
memberikan manfaat yang besar.
Kegiatan
sayang lingkungan berupa pawai sepeda yang dipelopori oleh anak-anak di desa
tersebut menarik perhatian pemerintah daerah setempat. Disusunlah program
gerakan penyelamatan lingkungan oleh pemerintah daerah dan perangkat desa.
Bibit pohon yang dikumpulkan saat pawai oleh anak-anak mendorong terlaksananya
penanaman 1000 pohon. Penyelamatan air bersih dilakukan dengan dibuatnya
peraturan tentang pengelolaan limbah yang sesuai dengan AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak dan Lingkungan). Setiap rumah diwajibkan untuk menanam pohon
mangga ( program Mangganisasi ).
Larangan membakar sampah dan menggerakkan kembali pembuatan kompos.
Pasar tradisional dihidupkan dengan membatasi ijin pendirian super market.
Koperasi Unit Desa di kembangkan dengan berbagai kegiatan untuk membantu
masyarakat meningkatkan perekonomiannya. Dengan koperasi simpan pijam
masyarakat desa bisa mengembangkan kembali pabrik tempe, serta industri rumah
tangga lainnya.
Akhir
liburan pun telah tiba. Anya dan Sarah dengan berat hati harus kembali ke
Jakarta. Ingin sekali mereka lebih lama tinggal di desa dan menyaksikan
perubahan desanya kembali hijau serta merasakan udara yang segar. Tetapi mereka
ingat pesan orang tuanya untuk tidak terlambat kembali ke Jakarta.Teman-teman
Anya dan Sarah melepas keberangkatannya dengan berat hati. Mereka berjanji akan
terus menjaga lingkungan desanya. Mereka berterimakasih atas ide cemerlang Anya
dan Sarah dengan gerakan sayang lingkungan untuk desa tercinta. ”Jangan sedih
teman-teman, liburan berikutnya aku akan kembali dan kita akan bermain bersama
lagi. Aku yakin kita bisa memancing ikan di sungai desa yang jernih dan kita
akan bermain di lapangan yang penuh pohon rindang dengan udara yang sejuk dan
segar,” kata Anya. ” Kami tunggu kedatangan mu kembali di desa ini, kami
berjanji akan menjaga desa ini hijau kembali menjadi tempat bermain dan belajar
yang sehat dan menyenangkan,” seru teman-teman saat mengantar Anya dan Sarah ke
stasiun kereta api. Perlahan-lahan kereta api yang ditumpanginya meninggalkan
desa tercinta. Perasaan Anya dan Sarah sedih mengakhiri liburan ini, tetapi
mereka gembira telah membantu sahabat- sahabat masa kecilnya untuk menghijaukan
kembali desanya. Anya dan Sarah berharap hal kecil yang dilakukan bersama
teman-temannya akan memberikan manfaat yang besar untuk desanya.
”Liburan
yang sangat menyenangkan dan bermakna,” gumam
Anya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar